Kamis, 26 Maret 2015

Breakout story, part 2

Well, here we are again. It's been few weeks after my breakout story part 1. Maklum, super busy dan baru sempet update lagi. 

Anyway, what you saw here is my face after 24 days breakout from night cream of evil "N" and 21 days breakout from morning cream. 



What do yo see? Yup! Acnes all over my forehead! Komedo bandel di pipi kanan dan kiri, kulit kering yg bikin mukaku berasa tebel banget, untung gak kusam juga. Kalau bener2 kejadian, lengkap sudah penderitaan mentalku :(
It's kinda annoying you know. But what can I say? Dari awal aku pernah bilang, kita harus siap mental untuk breakout dari skin care (apalagi 6 tahun kecanduan, like me), slama breakout ini, bukannya aku cuek2 saja merawat wajahku. Of course, i still take care of it, i always keep my face clean, almost never get out when it's too hot out there. Aku tetep protect my skin setiap mau keluar rumah, pake "wardah acne perfecting moisturizer cream". Sempet sih dalam jangka 3 hari breakout aku dapet jerawat india di keningku. Atas saran dari spg wardah, aku coba pake "wardah acne treatment gel" which is really work. Aku mampu jinakin jerawat india itu hanya dalam kurun waktu 2 hari jerawatku yang meradang itu pun kering seketika. Believe it or not. Dari situ aku mulai berstatement, wah aku dan wardah acne series gotta be friend. Untuk facial wash aku juga pilih produk facial wash khusus kulit berjerawat punya wardah. Dan untuk perawatan malam hari aku pake ini nih, grapeseed oil by rainforest yang aku dapetin di green mommy shop dengan harga 22ribu/100ml.
 why I choose it? 
Hasil dari riset kecil2anku sih, hehee..aku lihat beberapa review tentang breakout things dan ada salah satu blog yang menyarankan buat pake si grapeseed oil ini untuk membantu menjaga kulitku tetap lembab, jadi aku aplikasikan grapeseed oil ini whenever I felt my skin face become dry, but especially at night, before I go to bed. Well, hasilnya kulitku tetep cerah dan kulit mati yang awal2nya terlihat mengelupas (1 minggu breakout) berkurang sedikit demi sedikit. Anyway grapeseed oil ini lebih mudah diserap kulit dibandingkan minyak zaitun (biasa pake minyak zaitun wardah saat kulit kering dan mengelupas, it works!). Untuk kulit berjerawat juga grapeseed oil lebih dianjurkan karena gak akan menambah minyak di wajah, kecuali km pakenya waktu siang hari, ini gak disarankan banget terutama waktu kamu akan melakukan outdoor activity, mukamu bakal terkesan mengkilap, you think lah. 
Fyi, grapeseed oil ini juga tinggi antioksidan, seperti halnya buah grape nya. Jadi grapeseed oil ini juga sangat membantu mengurangi efek breakout berupa bruntusan dan clekit2nya itu kemarin. Sekarang, bruntusan itu sudah hilang sama sekali dan mukaku gak clekit2 lagi :) 
tapi satu hal yang perlu aku tambahkan buat dear2 sista diluar sana, perawatan dari luar memang penting, tapi perawatan dari dalam gak jauh penting. Dari hasil riset kecil2anku juga aku menemukan khasiat green tea yang memiliki kandungan antioksidan yang juga tinggi. Jadi tiap hari aku rutin minum green tea minimal 1x sehari. Tapi untuk hasil maksimal bisa 2x sehari. And once again, believe it or not, waktu muka aku masih bruntusan dan clekit2 tiap aku rutin minum green tea efeknya berkurang, tapi kalau sehari aja aku gak minum green tea ini, bruntusan itu bakal memarah dan mukaku juga tetep clekit2. Green tea ini juga harus green tea alami, aku pilih yang dia berupa daun2 kering dimana kita harus ngecem/direndam terlebih dahulu untuk membuat teh induknya yang nanti akan dicampur dengan air putih hangat dan sedikit gula (karena gak betah pahitnya). Green tea ini bisa didapetin dimana aja, tapi kemarin aku sengaja beli di mirota batik yogyakarta karena disitu banyak dijual produk2 herbal gitu. Biar gak ribet milih aja sih. 
And fyi, total cost yang perlu aku rogoh dari kocek aku untuk beli wardah acne series, grapeseed oil dan green tea tadi gak bisa dibandingkan dengan beratus2 ribu perawatan dengan skin care ku dulu. Sekali datang aku bisa habis 300rb, sedangkan untuk beli wardah acne facial wash, acne perfeting moisturizer gel, acne treatment gel, grapeseed oil, dan green tea aku cuma perlu 100rb. Fiuuuhh..see? It's worth it. Kesimpulan yang bisa aku tarik dari semua ini, perawatan wajah tu gak perlu mahal kok, yang natural dan katanya produk pasaran bisa juga bikin kamu tampak cantik tanpa harus bikin kantong kering :)
for now, aku akan tetep nerusin treatmentku dan kasih kabar update buat para sista2 yang takut dengan efek breakout. Don't be afraid, breakout wouldn't bite :) salam cantik ^^

Minggu, 08 Maret 2015

Breakout story (part 1)

Hello bloggers, it's such a very long time haven't touch my blog anymore. And I kinda miss it.
Today I'm gonna share something that might be useful for y'all. It's called 'breakout' things. It's not something like breakout with your boyfriend or what.
Breakout yang ini lebih ngeselin daripada itu. Aku yakin nggak sedikit dari kalian yang pernah merasakan yang namanya perawatan di skin care atau dokter kulit yang menawarkan berbagai macam produk perawatan wajah. Umumnya krim pagi-malam, something like that.
Hal kayak gini sebenarnya cocok-cocokan dan gak semua manfaat dari produk perawatan seperti itu bisa kita rasakan sepenuhnya. Aku sendiri merasakan bahwa perawatan di skin care semacam itu nggak selamanya happy ending. So this is my story, kita sebut aja skin care yang aku geluti selama ini, the evil "N". Kalian para pengguna skin care dari dokter pasti tahu banget lah skin care yang aku maksud disini, namanya udah nggak asing di Indonesia dan termasuk salah satu produk yang menguasai pasaran skin care di Indonesia.
Aku pake si evil "N" ini selama 6 tahun! Sejak kelas 2 SMA sampai aku lulus jenjang sarjana, bayangin dong gimana ketergantungannya aku sama produk skin care ini. Bener2 candu. Kalau sehari aja gak pake aku sampe males lihat mukaku yang nampak kusam dan komedonya pun berasa naik ke permukaan secara massal. Jadi begitulah, selama 6 tahun ini aku telaten sekali mengaplikasikan krim pagi dan malam secara rutin. 4 tahun pemakaian, Aku sempet pernah kepikiran untuk berhenti, gak cuma kepikiran sih, tapi emang saat itu aku bener2 nyoba untuk berhenti. Aku ikutin nasihat mbak2 SPG La tulipe tentang bagaimana breakout dengan skin care itu. Jadi bertahap, 3 hari aku make, sehari gak, kemudian jadi 2 hari make, sehari gak, dan akhirnya aku bener2 gak make. Tapi dodolnya aku, saat itu karena gak suka liat efek breakout yang kejam, dimana mukaku jadi bruntusan, kasar, mengelupas dan kering, aku timpa mukaku yang lagi rehat itu dengan skin care dari wardah. Akhirnya efeknya jadi semakin gak karuan, kulitku jadi sensitif sekali, sebentar aja kena sinar matahari udah cukup untuk bikin kulit wajahku kusam, gosong, memerah dan clekit2 gatel efek bruntusan tadi. Akhirnya aku lari lagi ke si evil "N" dan memang efek breakout itu pun langsung mereda, hanya dalam 1 hari pemakaian krim pagi dan malam. Bayangkan, betapa kuatnya efek dari zat-zat kimia yang ada di dalamnya. Sejak itu aku lanjut menggunakan si evil "N" sampai sekarang.
Tapi hal yang aneh terjadi, selama pemakaianku bertahun2 ini aku yang gak pernah/jarang menemukan mukaku berjerawat yang sampe parah banget tiba2 mukaku jadi gak karu2an. Dulu yang biasa cerah merona, sekarang kusam, jerawat pun mulai timbul dan subur, bahkan di saat aku sedang tidak premenstruasi phase. Anyway, aku kalau jerawatan bukan jenis jerawat yang besar2 meradang, tapi kecil2 di dahi dan pipi, dahi itu langganan tetap, padahal aku sudah tidak pernah memakai poni. Aku merasa sudah tidak cocok lagi menggunakan skin care itu, bahkan aku merasa kulit wajahku ini semakin kebal/resisten terhadap si evil "N" . Atau mungkin kulit wajahku yang nagih ini selalu minta naik dosis karena beberapa kali pembelian krim aku selalu request krim yang sama seperti sebelumnya, karena aku memang nggak mau kulitku naik dosis.
Berbagai suka duka aku rasakan selama 6 tahun bersama si evil "N" ini, dari yang wajahku nggak bisa kena sinar matahari dikiiiit aja langsung memerah dan clekit2, kulit wajahku yang sensitif dan nggak bisa dilap memakai handuk karena akan terasa bekas gesekannya dan perih, sampai yang paling parah ini, jerawat bertaburan bagai bintang di wajahku. Dan akhirnya keputusanku pun bulat sebulat-bulatnya, aku akan memutuskan persahabatanku dengan si evil "N"!!!!
Catatanku kali ini akan menjadi sebuah saksi bisu perjuanganku selama breakout dengan si evil "N", after breakout time ini sih aku udah ada ide mau ganti menggunakan skin care apa (yang pasti bukan skin care dari dokter). Bayangin dong, duit yang aku keluarin buat sekali dateng dan melakukan perawatan dengan si evil "N" ini cukup untuk membeli satu set skin care yang akan aku pake ini. Dan kalian yang pernah/masih bersahabat dengan si evil "N", pasti tahu dong berapa duit sekali rogoh untuk beli krim dan melakukan perawatan, yang bisa dibilang nggak murah. Anyway, ini hari keempat aku breakout, mukaku bruntusan, so pasti dan gatel clekit2, tapi it's okay, I'll try my best karena udah cukup zat-zat kimia itu merusak kulit wajahku. That's enough!!
Anyway, hari ini aku mencoba mengikuti beberapa saran temen2 yang aku baca di blog dan sempet jadi korban si evil "N" ini juga, aku mulai minum green tea yang kandungan antioksidannya termasuk tinggi dan mulai mengempeskan satu2nya jerawatku yang meradang dengan pasta dari baking soda. Wish me luck, dan keep follow because I'm gonna update every week to see how it's end.

Selasa, 15 Mei 2012

Past Never Hurt (part 7)

Sasa....

“ Hei...Cantik...! “ Sasa hampir keselek bakso saat seorang cewek dengan barbarnya menabok bahunya keras-keras dan duduk di sampingnya.
Yah...siapa lagi kalau bukan Krissie?
“ Oh, hei Kris? Bakso? “
“ Emm...No thank you. Lagi diet nih. Mbak, diet cokenya satu ya? “ Krissie melambaikan tangan ke arah salah satu pelayan yang langsung mengacungkan jempolnya. Biasa...anak hitam, pasti langsung dilayani.
Sasa sendiri yang cuma anak biru harus rela antri hampir setengah jam lebih buat menikmati satu mangkuk bakso favoritnya. Hampir aja dia pingsan karena nggak kuat nahan lapar. Bener-bener deh.
Sasa jadi mikir, mungkin lain kali dia jajan di kantin ngajakin Krissie aja kali ya? Biar cepetan dapet pesenan.
“ Gue denger gosip...elo sama Rey pacaran, Sa? “
“ Puuuah! Uapa?! “ Sasa menyemburkan kuah baksonya dan menjerit.
“ Ih, jorok tau! Nih, lap. “ Krissie mengangsurkan tissue yang langsung disambar Sasa.
“ Elo kalau ngomong hati-hati dong! “ Desis Sasa kesal.
“ Ha? Emang napa? Banyak kok yang ngegosipin. Soalnya tadi pagi katanya elo jalan berduaan sambil gandengan mesra. “
“ Hwahahaha! Gandengan mesra?! Yang bener aja! Gendongin buku iya! “ Sasa menggeleng-gelengkan kepala heran. Ada-ada aja anak Prima Bhakti kalau bikin gosip.
Kata-kata dari mulut satu ke mulut yang lain pasti udah beda jauh!
Sebagai contoh nih misalnya.
“ Eh, bilangin ke anak IPA 7 ya, Pak Haryanto siang ini nggak bisa ngisi jadwal. Mau married katanya. Jamnya digantiin sama Pak Ferdi. Mereka disuruh nyiapin kodok buat percobaan. Katanya sih minta aja sama tukang kebun sekolah. Nanti dicariin di empang belakang sekolah. “ Kata seorang siswi piket ke seorang anak siswa kelas IPA 3.
“ Woi man! Tolong elo sampein ke anak IPA 7 dong, Pak Haryanto mau married. Digantiin Pak Ferdi. Disuruh percobaan nyari kodok sama tukang kebun di empang belakang sekolah. “ Kata anak Ipa 3 ke ketua kelas Ipa 7.
“ Temen-temen, siang ini Pak Haryanto mau married sama Pak Ferdi. Kita disuruh percobaan sama tukang kebun yang tampangnya dari belakang kayak kodok. “ Kata sang ketua kelas ke anak buahnya. Nah lho? Siapa yang bego?
“ Gila aja elo! Tadi pagi aja gue udah dipelototin sama Princess! “
“ Princess? Kakak kelas kita yang centilnya amit-amit jabang baby itu? Hmpfh! “ Sasa langsung membekap mulut Krissie dengan tissue bekasnya. Yuck!
“ Puih! Puih! Apaan sih elo, Sa?! Jijik tauk! “
“ Elo juga sih, udah dibilangin ngomongnya pelan dikit juga! “ Sasa melanjutkan makannya dengan kalap.
“ Eh, elo tuh laper apa doyan sih? “ Krissie menggeleng-geleng melihat kelakuan Sasa yang sebodo amat. Perutnya benar-benar minta diisi, sampai-sampai Sasa jadi tak mengingat pelajaran tata krama yang tiap sore diberikan Maminya.
Selesai makan, dengan anggun Sasa mengangkat gelasnya yang sudah dilapisi tissue agar air yang mengembun di sekeliling gelas tidak membasahi tangannya.
Kemudian ia mengelap mulutnya dengan tissue, dengan sangat...pelan. setelah itu, ia membalikkan sendok garpunya di atas mangkok dalam posisi silang. Lalu ia mengelap meja dengan lap serbet hingga bersih. Barulah ia melipat tangannya di atas meja.
“ Elo tuh aneh ya? Giliran muncul sopan santun etika kayak putri solo langsung deh. Tapi kalau udah kayak tadi. huu...mengerikan tauk. Emang elo punya dua kepribadian ya? “
“ Enak aja. Rese elo. “
Brak! Tiba-tiba pintu kantin terbuka lebar. Semua orang terdiam saat melihat dua orang pangeran seksi melangkah memasuki kantin.
“ Nah, itu dia. “ Salah satu dari mereka mengedikkan kepala ke arah meja Sasa dan Krissie.
Napas Sasa tercekat di tenggorokan saat mengetahui siapa yang datang. Tak lain dan tak bukan adalah Zero dan Rey.
“ Kris, kayaknya gue harus cabut nih. “ Sasa sudah bersiap bangkit dari tempat duduknya tapi Krissie keburu menarik tangannya dan memaksa bokong Sasa terempas keras di kursi kayu.
“ Hei Kris, Sa. “ Rey menyapa sopan. Lain lagi dengan Zero yang langsung menekuk muka melihat tampang Sasa.
Nih cewek cupu ngapain sih disini? Bikin gerah aja. Batinnya.
Beda dengan Sasa, Nih cowok ngapain sih ngelihatin gue kayak gitu? Nyolot amat? Dikiranya gue seneng apa ketemu dia? Gue cocol pake sambel tuh mata baru mampus!
“ Wah, tumben-tumbenan elo berdua makan bareng? “ Rey dan Zero mengambil posisi di hadapan mereka berdua. Dan mampusnya, Zero tepat berhadapan dengan Sasa.
“ Nggak juga. Kebetulan aja tadi gue lihat Sasa sendirian, jadi gue samperin deh. “ Krissie cengengesan nggak jelas.
Sungguh berbeda dengan aura panas yang terpancar dari samping mereka masing-masing.
“ Hufft... elo ngerasa gerah nggak sih? AC-nya udah nyala belum? “ Krissie mengipasi wajahnya dengan  tangan. Sementara Rey tersenyum geli melihat cara Krissie menyindir teman-temannya yang sedang bersitegang.
“ Hei Sa, kok diem aja? “ Rey menyapa. Sasa memandangnya sekilas kemudian melengos. “ Hahaha! Sombong banget sih? “ Goda Rey membuat hati Sasa semakin kebat-kebit melihat senyum manis Rey. Dalam hati ia berkata. Sejak kapan gue jadi ngumpul ma the Darkness??!! OMG!
“ Rey, ikut gue bentar yuk? “ Tiba-tiba Krissie bangkit dari tempat duduknya dan menarik tangan Rey.
“ Ha? Kemana? “
“ Ke WC. Pengen pipis. “
“ Hah?! Tapi... “
“ Udah deh. Cepetan! “ Rey memandang Krissie, Zero dan Sasa bergantian. Kemudian...
“ Oke. “
Hah?! Apa-apaan mereka berdua?! Masa’ gue ditinggalin sama patung budha gini?! Woi!! Yang bener aja! Sasa bergerak-gerak gelisah sambil sesekali melirik Zero. Dilihatnya Zero cuek aja dan malah sibuk bermain-main dengan handphonenya.
“ Elo ambeian ya? Dari tadi duduknya kayak cacing kepanasan? “ celetuk Zero ngasal.
“ Enak aja! “ Desis Sasa kesal.
“ Apa kabar elo? “ masih tanpa mengangkat wajahnya dari layar HP Zero ngajak ngobrol.
“ Baik. “
“ Ehm... “ Keheningan sekali lagi melanda. Ha? Emangnya kemana manusia-manusia yang di kantin tadi?
Sasa mengedarkan pandangan dan melihat hampir seluruh penjuru kantin kosong. Satu demi satu kebanyakan anak-anak merah dan biru yang asalnya duduk tenang, berdiri dan berjalan menuju pintu. Tinggal beberapa anak hitam yang masih duduk menyantap makan siangnya. Itu pun sambil sesekali melirik ke arah meja Sasa dan Zero. Sasa menilik jam tangannya. Istirahat masih 15 menit lagi kok.
“ Nggak usah heran gitu. Mereka emang udah biasa nyediain ruang kosong buat gue. “
“ Cih. Itu karena mereka takut ditonjokkin sama elo. “ cibir Sasa, sama sekali tidak terkesan dengan kekuasaan Zero.
“ Eh, enak aja elo ngomong. Mereka tuh bukannya takut, tapi segan! Apalagi sama si Rey. “ kali ini Zero mendongak dan menatap langsung wajah Sasa.
“ Kenapa harus segan, kalau kalian nggak ngapa-ngapain? Kita semua disini kan sama. “ Sasa malah grogi dipandangi gitu sama Zero. Ia memalingkan wajahnya. Sasa memang paling tidak suka sistem diskriminasi yang diterapkan sekolahnya. Sebenarnya itu bukan kehendak sekolah sih, mereka hanya membedakan seragam untuk membedakan antara anak-anak yang memiliki kepintaran lebih dari temannya, sehingga anak yang lain akan termotivasi ingin memakai seragam merah.
Juga anak-anak orang berada yang memiliki kekuasaan, sehingga tidak ada yang sembarangan mencoba cari gara-gara. Karena baik pihak yang mencari masalah sampai pihak guru dan yayasan sekolah juga akan kena imbasnya.
Tapi lama kelamaan murid-murid mulai menyalahgunakan perbedaan warna tersebut. Sampai-sampai pihak guru dan OSIS tidak dapat lagi mengendalikan hal tersebut dan akhirnya memilih membiarkannya. Selama tidak terjadi perang saudara aja di sekolah mereka.
“ Terserah elo deh. Maklum, orang kayak elo nggak bakal ngerti. Makanya, keluar dong dari gua elo. Elo tuh kurang merasakan sinar matahari tauk. “ Ujar Zero ketus.
“ Emangnya gue manusia gua? Emang gue orang kayak apa? “ Tantang Sasa mulai berani.
“ Yah..kayak gitu. Cupu. Nggak ngerti apa-apa. Gue yakin elo pasti belum tahu juga kalau Rey ketua OSIS SMA kita. “
“ Heh, bego. Kalau cuma kayak gitu semua orang juga tahu. Elo aja yang sekarang sok, mondar-mandir kesana kemari tebar pesona. “ Balas Sasa tak mau kalah.
“ Terserah gue dong. Gue yang punya tampang. Elo aja yang kasihan. Dilahirin dengan muka badak gitu. Nggak tahu malu. “
Waits...kayaknya keadaan semakin panas aja nih?
“ Apa elo bilang? Muka badak? Elo tuh yang ngaca. Gini-gini elo dulu juga pernah nembak. Mana sampai mohon-mohon lagi. Baru tahu kan elo gue bukan cewek gampangan! “
Wajah Zero memerah seketika. Ia langsung melengos dan tak bisa membalas kata-kata Sasa tadi. Karena semua itu kenyataan.
“ Jangan berasa tinggi deh jadi orang. Elo tuh bukan siapa-siapa tauk kalau dibandingin sama kak Rey. “ Lho? Lho? Lho? Kok tahu-tahu Sasa jadi ngaco gini sih?
“ Apa elo bilang? Tahu apa elo tentang gue?! “ tiba-tiba Zero menggebrak meja dan berdiri dengan mata melotot.
“ Jelas aja gue tahu elo tuh orang kayak apa. Orang kaya sombong tahu nggak?!! “ Sasa berdiri seketika dan melesat meninggalkan Zero yang terbakar amarah.
“ Cewek brengsek!! “ Brak! Pyarr!! Zero menendang meja di depannya dengan kalap. Beberapa penonton yang masih di kantin tadi sampai pada hampir keselek saking kagetnya.
Seorang pelayan mendekatinya takut-takut. “ Mas...hati-hati Mas, itu properti sekolah lho... “
“ Alah! Banyak bacot elo! Elo mau uang? Gue ganti! “ Zero merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan dompetnya kemudian melemparkan berlembar-lembar uang seratus ribu ke wajah pelayan yang langsung terkejut di hadapannya.
Zero berlari keluar dari kantin dan mengejar Sasa.
“ Sa! Tunggu! “ Sasa menghentikan langkahnya tanpa berbalik. Zero menyusulnya dan berdiri di depannya dengan napas terengah-engah.
“ Mau apa lagi elo?! “ bentak Sasa tanpa gentar. Murid-murid yang masih di luar ruangan mulai memerhatikan. Jarang-jarang ada tontonan gratis kayak gini.
Apalagi antara anak Hitam sama Biru yang tingkatnya beda jauh. Bisa bikin nilai gosip tinggi nih.
“ Maafin gue. “
“ Buat? “
“ Buat semua kata-kata gue di dalam tadi. “
“ Penting nggak sih? “
“ Sa... “
“ Dengar ya Zer, sejak elo putus sama gue, elo tuh jadi brengsek tahu nggak? Elo jadi playboy, ngejar-ngejar cewek kesana kemari, kelakuan elo semrawut, elo bukan Zero yang dulu gue kenal... “ Suara Sasa tiba-tiba melemah.
Setitik air mata jatuh dari ujung matanya. “ Sa... Please... jangan nangis. “ Zero menyentuh pipi Sasa namun langsung ditepiskan oleh Sasa.
“ Elo suka banget nindas gue! Elo nggak pernah tahu perasaan gue! Elo memfitnah gue bahwa gue selingkuh! Padahal itu semua nggak bener! Elo ninggalin gue gitu aja tanpa pernah kontak gue lagi, gue benci sama elo tau nggak?!! Elo ngerusak hidup gue, Zero! “ Tiba-tiba Sasa mengamuk, hilang kendali.
Cewek itu menangis histeris dan memukuli Zero. “ Sa, tenang Sa! “ Zero mulai kewalahan dan takut dikira ngapa-ngapain Sasa.
Tiba-tiba ia menarik tangan cewek itu dan merengkuhnya kedalam pelukan.
Desah lembut dan tarikan napas penonton terdengar.
“ Elo tahu, gue selalu sayang sama elo. Gue tersiksa selama 2 tahun elo diemin gue. Gue nggak tahu harus gimana ke elo. Tampang elo selalu bete kalau ketemu gue. Gue bener-bener sedih kehilangan elo, Sa... “
“ Elo kira gue nggak sedih apa kalau tiap kali elo lihat gue terus elo buang muka di depan gue?! “ jerit Sasa lagi.
“ Gue...gue kira elo yang nggak suka ketemu sama gue? “ Kali ini Zero memandang wajah pias Sasa dan membelai lembut rambut yang membingkai wajah gadis manis di hadapannya itu.
“ Gue bukannya nggak mau
lihat elo, Zer... Gue cuma ngerasa sakit hati tiba-tiba elo putusin tanpa sebab dan elo nggak mau ngomong lagi sama gue. “ Sasa meresapi belaian lembut tangan Zero di wajahnya.
“ Gue terpaksa ninggalin elo, Sa... Gue takut nyakitin elo. Seperti yang elo bilang, gue udah ngerusak hidup elo. Gue jadi bikin elo males belajar, ngelawan Mami elo dan sering pulang telat. Sampai suatu hari gue sadar waktu Mami elo ngomong ke gue. Gue baru sadar bahwa gue udah bawa elo terlalu jauh. “
“ Mami gue?! “ pekik Sasa tak percaya.
“ Pasti Mami elo nggak cerita kan? Waktu itu beliau ngingetin gue. “
“ Jadi, semua ini gara-gara Mami?! “
“ Bukan sayang... bukan seperti itu. Mami elo nggak pernah ikut campur dalam hubungan kita. Gue sendiri yang sadar kalau gue udah bikin elo kacau. “
“ Tapi Zero, semua itu keinginan gue sendiri. Gue sendiri yang pengen sama elo. “
“ Iya... aku tahu sayang... “ sekali lagi Zero membawa Sasa dalam pelukannya. “ Jadi...maukah kamu mengulang semua dari awal lagi? “
Tangisan Sasa semakin kencang di pelukan Zero saat ia mendengar kalimat itu terucap dari mulut Zero. Ia mengangguk.
“ Okay...! That’s enough! Udah cukup latihannya. Kita break dulu oke?! “ teriakan cempreng Krissie membuyarkan fantasi-fantasi indah di sekeliling Zero dan Sasa.
Dengan dengusan kesal dan helaan napas berat, mereka berpaling pada Krissie yang sudah berdiri di samping mereka.
“ Apaan sih?! Ganggu aja! “ Semprot mereka berbarengan. Ups! Dasar dua makhluk mars, ternyata mereka masih belum sadar kalau mereka berdua udah jadi tontonan terpanas abad ini.
“ Ups! “ Sasa membekap mulutnya agar tidak menjerit. Wajahnya merah padam seketika.
“ Yak! Itulah latihan klub drama hari ini. Terima kasih...terima kasih... “ Zero yang cepat tanggap segera membungkukkan badan ke arah para penonton yang ternyata membludak berdesakan di sekeliling mereka.
“ Elo-berhutang-sama-gue. “ Bisikan Krissie membuat Zero speechless seketika.
Sasa sendiri sudah berdiri kayak patung di tengah kerumunan itu. Wajahnya menunduk dalam-dalam, matanya sembab habis menangis, hidungnya merah dan rambutnya acak-acakan. Dia bener-bener nggak punya nyali untuk mendongak barang sedetikpun.
“ Tuh kan...gue bilang juga apa. Nggak mungkin banget kan Zero pacaran ma tuh anak. “ samar-samar terdengar kasak-kusuk seorang siswi hitam dengan temannya di telinga Sasa.
“ Iya juga sih... Anak biru lagi. “ Temannya mengiyakan.
“ Lihat tuh tampangnya. Nggak bisa dibandingin sama Zero, pangeran kita. “
“ Seharusnya dia tahu diri dong, jadi partner latihannya Zero. Elo lihat nggak tadi dia meluk Zero erat-erat gitu. “
“ Iya, kampungan banget. Kesempatan tuh buat dia deket-deket sama Zero. “ Kali ini kata-kata itu menusuk hati Sasa banget. “ Dasar nggak tahu malu. Udah jelek, belagu lagi. Pasti dia seneng banget tuh dapet kesempatan emas kayak tadi. Dasar anak biru, semuanya nggak punya adat. “
“ Jaga ya omongan elo!! “ Sebuah suara membangkitkan kesadaran Sasa. Ia mendongak dan melihat sesosok tubuh tegap dan seksi berdiri di hadapannya.
Jika dibandingkan dengan Zero, cowok berambut pirang kecoklatan itu tampak lebih kurus sekaligus lebih tinggi. Tapi ketegapan dan kegagahannya membuatnya tampak lebih macho sekaligus seksi.
“ Kak Rey... “ Sasa mendesah lirih dan memandang Rey dengan tatapan sayu.
“ Elo kira elo udah secantik apa? Muka model p*r*k kayak elo aja udah berani ngehina Sasa! “ Deg! Uuhh... yang pasti omongan itu bakal membuat cewek yang ngehina Sasa itu terbangun tiap pagi dan memandangi cermin, mencari-cari dimana letak kesalahan yang bikin mukanya pantas dihina seperti itu oleh sang pangeran.
Semua orang disitu menarik napas tertahan. Jelas aja, Rey yang kesehariannya terkenal cool sekaligus ramah, punya senyum yang dapat mengalahkan satu kompi pasukan model Cosmo Girl, tiba-tiba nggak ada angin nggak ada ujan, ngehina seorang cewek terang-terangan di depan orang banyak sekaligus, mengeluarkan kata-kata kotor ‘P’ tadi.
“ Hitam, biru, merah! Semua sama! Sama-sama manusia! Sama-sama anak Prima Bhakti! Nggak ada bedanya! Kalau anak hitam bilang anak biru nggak punya adat, seharusnya kalian ngaca dong! Siapa yang nggak punya adat kalau kalian terus-terusan ngata-ngatain anak biru?! “ Suara Rey menggelegar di tengah gerombolan murid-murid yang hanya bisa mendengar semua kata-kata sang ketua OSIS dalam keheningan.
Anak merah hanya bisa menatap kosong pada Rey. Maklum, mereka paling anti cari gara-gara. Selalu mengandalkan otak dan logika.
“ Elo-nggak-berhak-ngomong-gitu. “ Doeng! Dengan satu kali sentakan lagi oleh Rey, cewek itu nangis Bombay dan langsung ngibrit dari TKP diikuti teman-temannya.
“ Bubar elo semua! “ Tanpa ba bi bu lagi, kerumunan itu langsung bubar, ngacir kesana kemari. Mereka tidak bisa melawan kekuasaan sang ketua OSIS.
Dalam hitungan detik, hanya tinggal mereka berempat di tempat itu.
“ Hei! Elo nggak usah sekasar itu lagi. “ Krissie mengajukan protes.
“ Biarin aja. Salah sendiri punya mulut kayak comberan gitu. “ Rey mengumpat. Zero dan Sasa terpana.
“ Hei...my man...gue baru tahu kalau elo punya kosakata kotor kayak tadi. gue kira cuma gue yang udah nggak suci disini. “ Zero tertawa ngakak dan menepuk-nepuk pundak Rey dengan bangga.
“ Pertama, i’m not your man. Kedua, gue emang masih suci. “ Rey mendengus dan mengalihkan perhatiannya ke arah Sasa yang masih speechless. “ Lagian gue rasa udah saatnya mengubah tradisi konyol sekolah kita. “ Rey bergumam pelan.
Krissie dan Zero terdiam menatap mata Rey. Mereka berdua setuju banget. “ Gue bakal selalu di belakang elo, temen. “ Zero sang wakil ketua OSIS memberi dukungan.
“ Gue juga, Kak Rey. “ Krissie yang memang sudah terkenal sebagai bosnya cewek-cewek hitam mengiyakan.
“ Sa? Elo baik-baik aja kan? “ Ia mendekati Sasa dan menatap wajah kuyu kayak habis kecebur comberan gadis itu.
Sasa hanya bisa mengangguk-angguk. “ Thank’s. “ ujarnya singkat. Berbagai skenario terlintas di benaknya. Rey, sang pangeran yang ternyata masokisme sejati, Rey yang dari luar kelihatan alim tapi ternyata lebih parah dari Zero, Rey yang ternyata berkepribadian ganda, pagi jadi Rey, malam jadi Ria. What?? Sasa menggeleng-gelengkan kepala mencoba menghilangkan segala fantasi anehnya. Terutama yang terakhir tadi.
“ You’re welcome, dan gue nggak mau dengar ada yang ngerendahin elo kayak tadi lagi. Elo bisa ngelawan Sa, dan elo harus ngelawan. Kita semua disini sama. “ kata-kata tegas Rey membuyarkan lamunan Sasa.
“ Hu’um. Bukan cewekku namanya kalau kalah sama cewek-cewek centil macam tadi. “ Zero sudah kembali ke sifat aslinya, ia terkekeh dan merangkul bahu Sasa.
“ Elo berdua...?? “ Rey dan Krissie berpandangan dengan penuh tanda tanya.
“ Hei, elo kira ngapain aja kami berdua dari tadi peluk-pelukan di depan umum, mempermalukan diri, kalau nggak jadian lagi? “
Krissie memekik tertahan dan... “ Kyaa...!! Elo berdua CLBK!! Sukses gue!! Yes! Yes! Yes! Oh No, “ Krissie segera membungkam mulut embernya. Dan menatap ragu pada ketiga makhluk di depannya yang sudah melotot sampai bola mata mereka nyaris keluar.
“ Jadi... “ Zero memulai.
“ Elo yang... “ Sasa melanjutkan.
“ Ngerencanain semua ini?!! “ Rey melengkapi.
“ Hehehe...sukses kan. Elo happy, gue happy, nggak ada yang protes kan...? “ Krissie mundur perlahan. Tahu bahwa dirinya nggak akan menang menghadapi kemurkaan Zero dan Sasa.
“ Ya ampun guys...gue harus cabut. Mau pinjam PR Matem nih. Cabut dulu ya cuy...! “ Krissie pun ngacir.
Tanpa babibu, Zero dan Sasa berpandangan kemudian... “ Krissie...!!! Gue bunuh elo anak setan!! “
Meninggalkan seorang cowok di belakang mereka yang masih berdiri terpaku dengan tatapan kosong.
YYY