Minggu, 06 Mei 2012

Cherry


Hanya orang gila yang tidak menyadari betapa cantiknya cewek yang sedang lenggang kangkung di depan kelas itu. Roy tentu hanyalah salah satu dari sekian banyak cowok di kelas itu yang mendambakan Cherry, si primadona SMA Bunga Bangsa. Cherry datang bersama seorang cewek lagi yang penampilannya sangat kontras jika disandingkan dengan Cherry.
Bisa dibilang kalau Cherry lukisannya, Denada hanyalah bingkainya. Cewek sederhana yang berpakaian rapi itu sahabat Cherry sejak masih jabang bayi. Maksudnya, orang tua mereka memang sudah sahabatan sejak mereka masih di dalam kandungan. Umur keduanya pun kebetulan sama.
Tapi, kesederhanaan Denada justru menarik perhatian. Ia tampil rapi dan bersahaja. Layaknya seorang wanita karir yang tehormat. Kacamata pinknya yang berbingkai persegi panjang itu bertengger manis di hidungnya yang mancung.
“ Met pagi semuanya...! “ kicau Cherry, riang seperti biasanya.
“ Met pagi Cherry...! “ begitulah keseharian Cherry, artis remaja yang namanya sedang naik daun. Denada sendiri adalah sahabat merangkap manajer Cherry. Mereka berdua duo dinamisnya SMA Bunga Bangsa.
Sedangkan Roy, hanyalah seorang remaja cowok di SMA itu yang jauh dari sorotan publik. Berbeda dengan Cherry. Ia hanya cowok yang namanya mungkin hanya sekedar angin lewat.
“ Hai Roy... “ Cherry tersenyum semanis buah Ceri segar yang ranum pada Roy yang mupeng.
“ Hai Cherry. “ Tiada yang tahu, Roy sudah memendam perasaannya sejak pertama kali bertemu Cherry. Yaitu sejak masuk SMA ini. Ssstt... Tapi ini rahasia ya? Tidak ada satupun orang di SMA itu yang mengetahui profesi Cherry dan Denada sebagai sorotan publik. Mereka hanya tahu Cherry bunga cantik yang tak tergapai bagi mereka. Cherry dan Denada populer. Itu saja.
Cherry pun sudah lama mengenal Roy. Mereka bahkan sempat sekelas dan bersahabat waktu kelas 1. Tapi, sejak Cherry semakin sibuk dengan seluruh kegiatan keartisannya, ia pun semakin menjauh dari Roy.
___
“ What?! Kiss?! Gila! “ Cherry memekik tertahan saat Denada menghampirinya dengan script naskah sinetron terbaru yang akan diperankan Cherry. Cherry seakan menelan sebongkah batu saat melihat adanya adegan ciuman di script itu.
“ Ayolah... Be a professional, Nicky... “ Denada menyeringai. Mereka berdua memang sudah menyetujui untuk menggunakan nama itu demi menyembunyikan identitas Cherry. Ditambah dengan wig panjang merah marun yang dikenakan Cherry selama ia menjelma menjadi seorang artis. Dan wig pirang pendek untuk Denada.
“ Ssshhh... “ Cherry mendesis. “ Yeah, right. I want to be a professional. But, kissing a person that i never know? Forget it. “ Cherry melemparkan Script itu ke atas meja kaca bulat di ruang riasnya.
“ Nick, kita kan bisa minta untuk mengklamufase ciuman itu. Ini kesempatan besar buat main film, ini tawaran pertama elo, Nick. Kalau elo nolak, gimana jadinya? “ Denada masih ngotot.
“ Selalu ada kesempatan kedua. “ bantah Nicky.
“ Gunakan kesempatan sebaik-baiknya. “ balas Dena.
“ Whatever. “ Cherry atau Nicky mendesah lagi dan menghempaskan diri di sofa empuk yang ada di ruangan itu.
“ Nick? “
“ Dena, gue bahkan belum dapet ciuman pertama gue. “ ucap Cherry lirih.
“ Oh...jadi itu masalahnya? Come on... Ini toh bukan ciuman beneran. “ bujuk Dena sekali lagi.
“ Hhh... “ Dena mengartikan helaan napas itu sebagai tanda bahwa Cherry sudah mulai melunak. Ia hanya perlu menunggu, sebentar...sebentar... “ Baiklah. “ Goal!! Dena melompat kegirangan dan memeluk Cherry.
“ Tapi tunggu dulu! Ada syaratnya! “ Waduh!
“ Apa? “
“ Gue harus berhasil ngedapetin ciuman pertama gue sebelum adegan itu. “
“ Hah...???!!! “
___
Hh...gue nggak percaya ini? Apa orang-orang produksi udah mulai gila? Apa emang kayak gitu perfilman Indonesia sekarang? Benar-benar sudah nggak beradab. Dan kenapa lagi kemarin gue kemakan bujuk rayu Dena. Gue bahkan belum punya cowok. Darimana gue dapetin ciuman pertama gue? Hh...
Sekali lagi Cherry menghela napas dan semakin merosot di bangkunya. Tak satupun kata-kata Pak Widodo, guru Sejarahnya yang sedang menerangkan tentang oganisasi-organisasi pelopor kemerdekaan menembus pendengarannya. Cherry lebih tertarik dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Kemarin ia sudah cerita ke Maminya dan Maminya hanya menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak. Hah?
“ Nah, sekarang siapa yang mau menerangkan sedikit tentang proses-proses penysunan Teks Proklamasi menjelang kemerdekaan? “
“ Ssst... Cherry? Ssstt... “ Denada berusaha memanggil temannya itu. Mereka memang duduk terpisah karena tidak mau terlalu sering berdua terus dan bisa bergaul dengan teman-teman yang lain. Tapi, yang dipanggil tak kunjung menoleh. Denada tak kehabisan akal. Ia melemparkan penghapus ke kepala Cherry.
Tuk! “ Ih...Siapa sih yang rese?! “ Tanpa sadar Cherry memekik kesal.
“ Ups! “ Denada langsung memasang wajah tanpa dosa.
“ Yak, kayaknya ada yang mau Cherry sampaikan. Silahkan maju, “
“ Hah? “ Cherry yang cengo tentu saja hanya celingak-celinguk.
“ Saya, Pak? “
“ Bukan, Winona Ryder. Tentu aja kamu! Sedari tadi saya lihat kamu tidak memperhatikan pelajaran saya, cepat kamu terangkan tentang perumusan Teks Proklamasi yang baru saja saya sampaikan. “ Pak Widodo menatap Cherry dengan tampang garang. Cherry langsung mati kutu.
“ Ba-baik Pak, “ akhirnya ia maju ke depan kelas. Semua mata mengikuti setiap gerak-geriknya.
Untung saja tadi malam Cherry sempat membaca sedikit tentang materi itu. Ia berbicara gugup dan ragu-ragu. Setelah selesai, Pak Widodo hanya mengangguk-angguk, tampak sekali dia wajahnya ia sudah gagal mengerjai muridnya. Sedangkan Cherry tersenyum puas. “ Baiklah, terima kasih. Silahkan kembali ke tempat duduk kamu. “
Cherry tersenyum senang dan kembali ke tempat duduknya. Fiiuuuh... selamat. Tapi, gue harus tahu siapa orang yang bikin gue ketangkap basah tadi. Batinnya geram.
“ Sorry, Cher. “ terdengar bisikan keras dari arah belakang. Cherry menoleh dan menapati Denada cengar-cengir. Ternyata dia pelakunya.  Cherry hanya mendengus kesal.
Saat istirahat siang, Cherry sudah benr-benar pusing dengan segala pikiran yang berputar-putar di kepalanya. Ia memutuskan untuk tiduran di halaman belakang sekolahnya yang selalu menjadi tempat persembunyiannya. Dan...membolos dari jam Bahasa Inggris tentu saja. Lagipula, Cherry merasa kalau ia sudah cukup mengerti tentang Bab yang akan dibahas. Gurunya saja aneh. Cherry jadi tambah ogah mengikuti pelajaran selanjutnya.
Dan tentu saja tujuan utamanya untuk menghindari Denada yang sejak pagi merecokinya dengan masalah pekerjaannya.
Ia membaringkan tubuhnya di atas rumput hijau yang kelihatannya nyaman di bawah sebatang pohon besar. Rasanya sungguh menyenangkan. Ia memandangi langit yang menggiring awan berarak-arak menuju ke suatu arah.
Hembusan angin membelainya, serasa ingin melelapkannya. Dan benar saja, belum lama Cherry sudah setengah sadar. Tiba-tiba dilihatnya bayangan orang mendekat. Tentu saja Cherry mengira itu cuma mimpi karena ia merasa begitu nyaman dan santai.
Seseorang membungkuk di atas tubuhnya dan menciumnya. Terasa lembut dan hangat. Cherry tentu saja hanya diam dan membiarkan dirinya dicium.
Beberapa lama kemudian, orang itu melepaskan bibirnya dan pergi begitu saja. Cherry membuka mata. “ Mimpi yang indah. “ gumamnya tak jelas. Ia seakan benar-benar merasakan ciuman barusan. Kehangatan bibir penciumnya masih terasa.
Angin meniupkan wangi harum ke sekitarnya. Parfum si pencium. “ Hah?! “ Cherry terkesiap. Jadi...itu bukan mimpi?!! Ia segera sadar dan panik. Cherry bangkit berdiri dan menebarkan pandangan ke sekeliling. Tapi yang dilihatnya hanya suasana tenang dan sunyi di sekitarnya.
Gawat. Gue dicium orang tak dikenal. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah amplop pink di dekat kakinya. Ia memungut benda itu dan membacanya. Hanya sebaris kalimat. Tapi entah kenapa kalimat itu mampu menggetarkan hatinya.
‘ I LOVE U ‘ itulah yang tertulis disana. “ From ur secret admirer. “
___
Sepanjang hari itu, pikiran Cherry entah mengambang sampai kemana saja. Saat Roy menghampirinya pun Cherry masih dalam keadaan setengah sadar.
“ Cher? “ Cherry diam saja.
“ Cherry? “ Roy mencoba sekali lagi. Tapi Cherry masih tak merespon.
“ Cherry! “ akhirnya Roy menepuk pundak Cherry.
“ Ha? Eh, Roy? “ Kali ini ganti Cherry yang memandang Roy dengan bingung.
“ Jangan ngelamun terus dong! Kesambet baru tahu! Lihat tuh, kelas udah kosong. Elo nggak pulang? “ Cherry baru sadar kalau ternyata sejak tadi ia hanya sendirian di kelas. Semua temannya sudah minggat entah kemana.
“ Lho? Udah pulang ya? “
“ Nggak Cher, kamu yang datang kepagian sampai belum ada orang. “
“ Roy! “
“ Ya iyalah, lihat nih udah jam berapa?! “ Roy menuding jam tangannya.
“ Lho? Terus elo ngapain disini? “ Cherry bertanya.
“ Gue ada ekskul. Elo nggak lihat seragam gue? “ Cherry baru memperhatikan kalau ternyata Roy sudah lengkap dengan seragam tim basket sekolahnya. Ia memakai handband merah bergaris hitam yang matching dengan seragam mereka yang juga berwarna sama.
“ Eh, handband elo bagus deh. “ Cherry meraih tangan Roy. Roy menggeleng-geleng. “ Lho? Kenapa? “ Cherry memandanginya bingung.
“ Ini kan dari elo, Cher. Hadiah ulang tahun elo buat gue. “
“ Ha? Iya ya? Kok gue bisa lupa sih? “
“ Maklum deh. Elo terlalu sibuk populer sampai-sampai lupa sama gue. Tapi, nggak apa-apa kok. Gue kan emang bukan siapa-siapa elo. Lagian gue juga bukan hal penting yang harus selalu elo ingat. “ Tiba-tiba Roy menatap dingin pada Cherry.
“ Roy? Elo kenapa sih? “ Cherry tiba-tiba merasa bersalah.
“ Tanya sama diri elo sendiri. “ Setelah berkata seperti itu, Roy beranjak meninggalkan Cherry dalam kebingungannya.
Tiba-tiba Cherry teringat sesuatu. “ Waduh! Gawat nih! Gue ada janji sama Dena! Bukannya hari ini ada pemotretan... Ah, apalah itu! Kok bias-bisanya ya gue sampai lupa? “ Cherry memberesi bukunya dengan panik.
‘ Ah, waktunya kepepet kalau gue pulang dulu ganti baju. Gue langsung pakai wig disini aja deh. Nggak apa-apa juga. Lagian kayaknya sekolah udah sepi. Gue juga bawa jaket buat nutupin seragam gue. ‘
Cherry bergegas menuju toilet putri. Ia memakai wignya. Siapapun yang mengenalnya tidak akan tahu bahwa ia adalah Cherry. Sayangnya Cherry terlalu panik untuk memakai make-upnya. Jadi setelah celinguk-celinguk sebentar di depan toilet, memastikan tidak ada orang, Cherry pun mengendap-endap kayak maling jemuran berusaha mencapai gerbang.
Tiba-tiba, di sebuah tikungan, ia menabrak seseorang yang tampaknya juga sedang tergesa-gesa. Brak!
“ Aduh... “ Cherry mengelus-elus pantatnya yang membentur lantai cukup keras.
“ Eh, sorry, elo nggak apa-apa kan? “ orang itu mengulurkan tangan.
Cherry mendongak menatap penabraknya. Ternyata Roy. Tapi Cherry tidak khawatir kalau-kalau Roy bakal mengenalinya.
“ Iya, gue baik-baik aja. “ Cherry menyambut uluran tangan Roy.
“ Ecm...kayaknya gue pernah lihat elo. “ Roy tampak berusaha mengingat-ingat.
“ Ya iyalah elo pernah lihat gue. Gue kan Nicky. “ Cherry berusaha bersikap biasa dan mengulurkan tangan tanda perkenalan.
“ Lho? Cher? Ngapain elo dandan gini? “ Hah?! Cherry benar-benar tidak tahu harus berkata apa saat rahasianya untuk pertama kali terbongkar.
“ Eh, gu-gue Nicky. Bukan Cher....Cher...siapapun lah itu. “ Cherry masih berusaha tenang dan bersikap biasa.
“ Cherry! Nggak usah pura-pura lagi deh! Elo kok dandan-dandan mirip Nicky gitu? Elo ngefans ya sama artis cewek itu? “ kali ini Roy malah berusaha menahan tawa.
“ Ke-kenapa elo bisa tahu kalau ini gue? “ Cherry menatap Roy tak percaya.
“ Ya iyalah, siapa juga yang nggak kenal sama pipi chubby dan suara elo? “ dengan gemas Roy mencubit pipi Cherry.
Tiba-tiba ada segerombol anak yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Cherry langsung panik bukan main. Ia menarik tangan Roy untuk bersembunyi. Setelah gerombolan anak itu lewat, Cherry segera menatap garang pada Roy.
“ Heh! Awas ya kalau elo ngebocorin hal ini! “ Ancamnya ganas.
“ Ha? Ngebocorin? Elo malu ya ketahuan sok dandan jadi Nicky gini? Lagian elo mirip juga kok. “ Roy masih menahan tawa. “ Terus tadi, ngapain elo sembunyi segala? Pasti elo emang malu ketahuan sama anak-anak? “
“ Hhh...kayaknya elo masih belum paham juga ya? “ Cherry menghela napas dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Selembar fotonya saat menjadi Nicky. “ Coba perhatiin, dimana bedanya gue sama Nicky? “
Roy memandanginya bingung, tapi tak urung juga ia mengamati foto itu dan Nicky bergantian. Tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Ia memalingkan wajahnya antara foto itu dan wajah Cherry berkali-kali.
“ E-elo... “
“ Iya. Gue Nicky. “
“ Hah?! Nggak, gue nggak percaya! Elo Nicky?! Si artis ngetop itu?! Bull shit! “
“ Elo nggak percaya?! “ dengan kasar Cherry merebut fotonya dari tangan Roy. “ Ikut gue. “ Ia menarik tangan Roy sambil mengambil HP-nya dari dalam tas.
Dilihatnya ada 7 missed-call dari Denada. Cherry segera menelponnya. “ Halo? Iya. Sorry, bentar lagi gue nyampe. Oke. Bye! “ setelah itu ia menghubungi supir pribadinya.
“ Halo? Iya Pak, jemput saya sekarang di depan sekolah saya. Apa? Oh...nggak apa-apa kok. Aman. Tenang aja. “
“ Eh, elo mau bawa gue kemana?! “ Roy memberontak.
“ Udah deh! Diem aja. Elo pengen bukti kan? “ Cherry terus menarik dan menyeret Roy keluar dari gerbang sekolah. Sudah kepalang basah deh. Batinnya kesal.
Tak lama kemudian, sebuah BMW putih meluncur dan berhenti tepat di hadapan mereka. Seorang supir keluar dan membukakan pintu untuk Cherry.
Roy mengikuti Cherry masuk ke dalam mobil. Mereka pun meluncur menuju studio pemotretan.
“ Sorry, gue telat. “ Cherry berkata panik pada Denada.
“ Elo nih, konsekuen dikit dong! Dari tadi dihubungi nggak diangkat! “ Denada langsung menyemprotnya sambil bergegas menarik tangan Cherry menuju ruang rias.
“ Iya, dia keasyikan ngelamun di kelas. “ celetuk Roy.
Tiba-tiba Denada berhenti berjalan, membuat hidung Cherry dengan sukses mendarat di punggungnya. Maklum, Dena lebih tinggi dari Cherry yang bertubuh kecil dan mungil. Denada berbalik dan menatap Roy sebelum akhirnya melotot. Hingga Cherry takut kalau tiba-tiba bola mata Dena meloncat keluar dari matanya.
“ Roy?! “ Denada memekik tertahan. “ Cher! Ngapain elo ngajak dia kesini?! “ manajer bawel itu berbisik keras di telinga Cherry.
Cherry menariknya menjauh dari Roy dan menjelaskan kejadian tadi. “ Ta-tapi... “ Denada belum sempat membantah karena Cherry langsung meninggalkannya dan menghampiri Roy.
“ Gimana? Sekarang elo percaya kan? Jadi, gue mohon sama elo. Jangan ngebocorin rahasia gue. “ Cherry berkata tegas. Sama sekali berbeda dengan imagenya.
“ Wah...ternyata gue ngebongkar rahasia besar ya? Ecm... enaknya minta imbalan apa nih? “
“ Jangan berpikir macem-macem karena gue nggak bakal ngasih elo apa-apa! “ Cherry berkata kesal.
“ Wah...nggak bisa dong. Ini kan hal besar. “ Roy menyeringai lebar.
“ Oke, oke, oke! Elo minta berapa?! “ Denada menengahi.
“ Gue nggak butuh uang kalian. “ jawab Roy datar.
“ Jadi?! “ pekik Cherry dan Denada bersamaan.
“ Ecm...gue mau...elo jadi cewek gue, tentu aja pura-pura. Selama...2 minggu. “
“ What?!! “ kali ini Cherry dan Denada berteriak keras.
“ Elo udah gila ya?! Gue nggak mau! “ wajah Cherry pias.
“ Ya udah. Siap-siap aja besok dikejar-kejar wartawan. “ Roy melenggang santai.
“ Wait...!! Stop! Stop! Iya, gue mau! “ Cherry berseru kesal. “ Tapi, gue nggak mau kalau 2 minggu! “
“ Oke, elo minta berapa? “
“ 3 hari. “
“ 10 hari. “
“ 5 hari. “
“ 7 hari. “
“ Oke. Mulai besok, permainan dimulai. “ Roy mengedipkan sebelah matanya dengan genit dan beranjak pergi.
___
Keesokan harinya, dimulailah penderitaan Cherry. Waktu baru saja melangkah memasuki gerbang, Roy langsung memberondongnya dan memeluknya kemana-mana.
Hari pertama,  “ Cher? Beliin minum dong. “
Hari kedua, “ Cher? Capek nih, pijetin bentar dong. “
Hari ketiga, “ Cher, bawain tas gue ya? “
Hari keempat, “ Cher, kerjain PR gue dong. “
Hari kelima, “ Cher, bikinin catetan matematika dong. “
Hari keenam, “ Cher, sepatu gue kotor nih, bersihkan dong. “
Hari ketujuh, “ Stop!! Gue bukan pembantu elo! “ Cherry berteriak histeris saat Roy menyuruhnya untuk menggendongnya. Hah?!
“ Oh...kalau elo nggak mau... woi! Temen-temen? Gue ada berita seru nih! “
“ Stop! Iya, iya, gue mau! “ Cherry langsung membungkam mulut Roy. “ Gue nggak heran, pantes aja nggak ada yang mau pacaran sama elo. Lah, bukannya dimanja atau diapain kek, ini malah dijadikan budak! “ Cherry ngedumal dan berjongkok untuk menggendong Roy.
Roy tertawa kecil. Kayaknya ia senang sekali mengerjai Cherry. Cherry mendesah menunggu beban berat di punggungnya. Ia yakin sekali kalau nanti malam tubuhnya bakal pegal-pegal.
Tapi, bukannya naik ke gendongan Cherry, Roy tiba-tiba memeluk Cherry dari belakang. “ Eh! Ngapain elo?! “ Cherry berteriak gugup.
“ Gue nggak jadi minta gendong. Gue minta sekarang elo diem aja. “ Roy berkata membuat Cherry heran.
“ Ta-tapi... “ Cherry mau memprotes. Tapi ia berpikir dua kali. Mending gini, daripada disuruh ngegendong dia? Ya udah deh. Mau apa lagi? Wajah Cherry bersemu merah.
Roy memeluknya agak lama sampai kemudian dia tiba-tiba berdiri. Ia mengulurkan tangannya pada Cherry. Cherry menatapnya sebal dan menyambut uluran tangannya. Kakinya sudah kesemutan karena menopang lengan kokoh Roy sejak tadi.
Tapi tiba-tiba Roy menariknya ke pelukannya. Cherry hanya terdiam di pelukan Roy. Koridor sudah sepi, jadi tidak ada orang yang akan menghalangi Roy. Cherry panik, walaupun jantungnya berdebar-debar juga. Wangi tubuh Roy tercium olehnya. Harum sekali. Batin Cherry. Wait, kayaknya gue kenal sama wangi ini. Apa ya? Ah, mungkin gue nggak sengaja nyium wangi yang sama dari orang lain.
Sejenak ia terbius oleh pesona Roy. Tapi ia segera tersadar. Gue nggak boleh terperdaya oleh bajingan ini! Batinnya.
“ Roy! Lepasin gue! “
“ Katanya elo yang minta dimanjain? “
“ Gue nggak... lagian gue kan bukan cewek elo! “ Jerit Cherry histeris.
“ Oh, oke. “ tiba-tiba Roy melepaskan pelukannya dan mendorong Cherry dengan kasar lalu beranjak pergi.
Gawat! Gue bikin dia marah! Bahaya! Cherry mengejar Roy. “ Roy, sorry. Gue nggak bermaksud... “
“ Elo cewek jahat Cher! Elo nggak pernah mau tahu perasaan orang lain! Elo tiba-tiba aja menjauh dari gue! Elo tiba-tiba jadi popular dan ngelupain gue! Elo nggak pernah ngomong lagi sama gue! Elo jadi sombong! Bahkan walaupun gue udah ngerebut ciuman pertama elo! “ Tiba-tiba Roy berseru panjang lebar.
“ A-apa? “ Cherry begitu tersentak mendengarnya. “ Ja-jadi...elo yang... “
“ Iya! Gue yang nyium elo waktu elo tidur. Gue suka sama elo, Cher! Udah sejak lama! Tapi elo nggak pernah sadar! Elo terlalu egois untuk memperhatikan orang lain! “
“ Roy, gue... “ Belum sempat Cherry berbicara, Roy sudah memeluknya lagi.
“ Cher, gue suka sama elo, gue sayang sama elo, gue...cinta sama elo, Cher. “ kali ini Cherry diam saja. Tanpa ia sadari, tangannya bergerak melingkari tubuh Roy.
“ Maafin gue... “ Cherry menitikkan air mata. Baru kali ini ada cowok yang dapat menyentuh hatinya begitu dalam. Ia merasa terharu. Hatinya tersentuh oleh kehangatan cinta Roy.
“ Elo...mau ngasih gue kesempatan lagi? Gue berusaha bikin elo suka sama gue selama seminggu ini. Tapi kayaknya elo tetep nggak ngerespon. Walaupun gue udah nyuruh-nyuruh elo dan berharap elo marah atau nolak, tapi elo cuma diem dan nurut. Hati gue sakit ngelihat elo setiap hari. “
“ Roy, gue...minta maaf. Elo nggak perlu minta kesempatan kedua lagi dari gue. Karena gue akan memberi berapapun kesempatan buat elo. “ Cherry berbicara di sela isak tangisnya.
“ Makasih, Cher... “ Roy memeluk erat Cherry.
Dada mereka berdua terasa sesak oleh luapan rasa gembira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar